Wisata  

Gunung Butak di Malang, Pesona Tersembunyi Bersebelahan dengan Gunung Kawi

Gunung Butak di Malang, Pesona Tersembunyi Bersebelahan dengan Gunung Kawi
Puncak Gunung Butak 2858 MDPL diatas permukaan. (Sumber: Detik Travel)

Jkg-udayana.org, Jakarta – Gunung Butak, sebuah stratovolcano yang terletak di antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berdiri megah berdampingan dengan Gunung Kawi. Berdasarkan laporan dari Kompas.com, Gunung Butak memiliki ketinggian yang kurang dari 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), sebuah faktor yang mungkin membuatnya kurang dikenal dibanding puncak lain di sekitarnya.

Kemegahan Gunung Butak tidak hanya terletak pada ketinggiannya. Di puncaknya, terhampar padang rumput yang dikenal sebagai Cemoro Kandang, yang menawarkan kemudahan bagi pengunjung untuk berkemah dan menikmati keindahan alam. Menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Malang, tempat ini sering menjadi pilihan bagi para pendaki yang mencari pengalaman berkemah dengan pemandangan yang memukau.

Meskipun kurang populer, Gunung Butak tidak memiliki catatan erupsi sejarah, seperti yang dilansir dari laman resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Hal ini menambah nilai tertentu bagi gunung ini sebagai tujuan pendakian yang menawarkan keamanan bagi para pendaki.

Gunung Butak dan Gunung Kawi, meskipun bersebelahan, menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para pengunjung. Sebagaimana dikutip dari National Geographic Indonesia, kedua gunung ini menyajikan diversitas bentang alam dan tantangan yang beragam bagi para pendaki dari berbagai level keahlian.

CNN Indonesia dalam artikelnya pada Selasa, 7 November 2023, menambahkan beberapa fakta menarik tentang Gunung Butak yang menarik perhatian para peneliti dan pecinta alam. Berdasarkan data dari Universitas Kehutanan Malang, keanekaragaman flora dan fauna di Gunung Butak menunjukkan ekosistem yang kaya dan terjaga, meskipun belum banyak dijelajahi.

Dengan potensi yang ada, pemerintah setempat, seperti dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Malang, terus berupaya mengembangkan Gunung Butak sebagai destinasi wisata alam yang berkelanjutan. Kalian yang tertarik untuk mendaki atau berwisata ke daerah ini bisa mendapatkan informasi dan persiapan yang matang agar pengalaman yang diperoleh menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Gunung Butak Menawarkan Panorama Pegunungan Jawa

Gunung Butak Menawarkan Panorama Pegunungan Jawa
Indahnya Pemandangan diatas Gunung Butak Malang. (Sumber: YouTube)

Berbasis data dari laman Gunung Bagging, para pendaki yang mendaki Gunung Butak pada saat cuaca cerah akan disuguhi panorama alam yang memukau. Dengan jalur yang terbentang di antara pepohonan rindang, pemandangan menakjubkan dari Gunung Semeru dan Arjuno-Welirang dapat dinikmati. Pemandangan tersebut terhampar luas di kejauhan saat berjalan menyusuri jalur yang mengitari gunung tersebut.

Para pendaki di Gunung Butak juga memiliki kesempatan untuk menyaksikan keagungan Gunung Kawi. Menurut informasi tercatat, Gunung Kawi yang bertetangga dengan Gunung Butak ini, memiliki dua puncak yang menjulang tinggi lebih dari 2.600 meter di atas permukaan laut. Dalam cuaca yang cerah, para pendaki bisa melihat Gunung Liman dan pula Gunung Lawu yang terletak di kejauhan, serta siluet Gunung Kelud dengan puncaknya yang menyerupai piramida terlihat jelas di depan mata.

Dilansir dari laman resmi Gunung Bagging, ke arah utara, hutan lebat Anjasmoro yang berada di barat Arjuno-Welirang terbentang luas. Kawasan ini dikenal dengan puncak-puncaknya yang berbentuk unik dan menantang untuk dijelajahi oleh para pendaki yang mencari tantangan baru serta pemandangan yang berbeda dari biasanya.

Pemandangan Semeru hingga Welirang dari Gunung Butak telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat alam. Situs Gunung Bagging mencatat, keindahan yang ditawarkan menjadi salah satu faktor yang menarik para pendaki untuk menjelajah jalur-jalur di Gunung Butak. Dengan pemandangan yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu dan cuaca, setiap pendakian menjanjikan pengalaman yang unik dan tak terlupakan.

6 Pos Rute pendakian

Peningkatan jumlah pendaki ke Gunung Panderman menuntut penyesuaian pada jalur pendakian. Di lansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, sejak tahun 2017, Gunung Panderman yang memiliki ketinggian 2.045 meter di atas permukaan laut (mdpl) telah mengalami lonjakan jumlah pengunjung. Gunung ini, meskipun lebih kecil, berada dalam satu jangkauan dengan gunung yang lebih tinggi dan menjadi populer di kalangan pendaki.

Rute pendakian, dimulai dari base camp, melewati area pertanian kubis menuju Pos 2 pada ketinggian 1.573 mdpl. Perjalanan ini menurut Berdasarkan data dari Balai Besar Taman Nasional, memakan waktu sekitar 45 menit. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke lembah hutan terdegradasi sebelum memasuki pendakian tercuram menuju Pos 4 pada ketinggian 1.970 mdpl, dengan durasi sekitar satu jam.

Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Universitas Montania, setelah Pos 4, pendaki akan menemui jalur yang relatif landai menuju Pos 5, yang berada pada ketinggian 2.180 mdpl. Di sini, pendaki dapat bergerak lebih cepat. Merujuk dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di ketinggian sekitar 2.200–2.400 mdpl, terdapat tanaman physalis atau ‘ciplukan’ yang bisa dikonsumsi dan tumbuh sepanjang jalur.

Tiga jam kemudian, pendaki dapat mencapai Pos 6 pada ketinggian 2.463 mdpl. Dikutip dari Detik Travel, jika jalur bersih, waktu tempuh bisa lebih cepat. Dari Pos 6 menuju Cemoro Kandang pada 2.670 mdpl, tempat berkemah, hanya butuh waktu kurang dari dua jam.

Inisiasi Dua Jalur Pendakian di Gunung Butak

Gunung Butak, terkenal dengan pemandangan alamnya yang menakjubkan, kini memiliki dua jalur pendakian yang menjadi favorit para pendaki. Berdasarkan laporan dari Dinas Pariwisata Kota Malang, desa Tuyomerto merupakan titik awal yang paling banyak dikunjungi.

Dilansir dari MalangTimes.com, jalur Panderman dan Sirah Kencong adalah dua rute yang paling sering dipilih. Kedua jalur ini menawarkan tantangan dan keindahan tersendiri. Rambu-rambu jelas telah dipasang untuk memastikan keamanan para pendaki.

Merujuk pada Jurnal Kepariwisataan Indonesia, akses ke desa Tuyomerto bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dari Batu hanya dalam waktu 15 menit. Tinggi desa Tuyomerto adalah 1.305 meter di atas permukaan laut, menjadikannya titik start yang ideal.

Berdasarkan data dari Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia, rute Panderman kini telah dilengkapi dengan rambu penunjuk jalan. Ini mempermudah para pendaki dalam menavigasi rute. Meski begitu, tanaman yang biasanya menyertai jalur sudah tidak ada lagi, mengurangi keasrian jalur tersebut.

Kampus Ternama Kepariwisataan, mengungkapkan bahwa kedua jalur ini mempunyai potensi besar dalam menarik wisatawan. Mereka menekankan pentingnya pelestarian jalur pendakian. Ini untuk memastikan bahwa alam dan ekosistem sekitarnya tetap terjaga.

Perubahan jalur pendakian di Gunung Butak menunjukkan adaptasi dan pengembangan fasilitas untuk meningkatkan pengalaman para pendaki. Dengan demikian, mereka yang ingin menjelajahi Gunung Butak dapat memilih jalur yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.

Dapat Dikunjungi Dalam Sehari

Pendakian ke puncak Tuyomerto kini bisa diselesaikan dalam satu hari saja. Menurut panduan terbaru yang dilansir dari laman resmi Taman Nasional Tuyomerto, para pendaki yang ingin memaksimalkan waktu bisa memulai perjalanan di pagi buta dan menurun sebelum gelap. Pendakian yang dimulai sebelum subuh ini memungkinkan penikmat alam menyaksikan matahari terbit dari puncak sebelum mereka turun kembali.

Sementara pendakian malam memberikan pengalaman unik, para pendaki tidak disarankan untuk menghabiskan waktu di puncak jika tidak memiliki peralatan berkemah yang memadai. Berdasarkan data dari Asosiasi Pendaki Gunung Tuyomerto, rata-rata perjalanan naik memakan waktu sekitar 5 hingga 6 jam dari pos terakhir yang bernama Tuyomerto Base. Dari sana, pendaki akan melalui jalur dengan panjang hampir 10 km dan gradien yang ramah hingga mencapai Cemoro Kandang, padang rumput di ketinggian 2.670 mdpl yang sering dijadikan area perkemahan.

Dengan memilih untuk bermalam, pengalaman berbeda akan diperoleh. Merujuk dari laman Komunitas Pecinta Alam Se-Nusantara, berbivak di Cemoro Kandang memberikan kesempatan untuk menikmati alam dengan lebih intens. Meskipun perjalanan turun hanya membutuhkan waktu sekitar 3,5 hingga 4,5 jam, para pendaki tetap harus berhati-hati pada beberapa titik yang terjal.

Terdapat beberapa lokasi berkemah selain Cemoro Kandang, namun menurut Dr. Angga Surya Putra, ahli geografi dari Universitas Rimba Wulung, tidak ada yang sebanding dengan kenyamanan dan pemandangan yang ditawarkan oleh Cemoro Kandang. Bagi kalian yang lebih memilih pendakian singkat, jalur ini tetap menyediakan alternatif yang memadai, meski tanpa sensasi menginap di alam bebas.

Berkemah di Cemoro Kandang

Di lansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata, destinasi wisata Cemoro Kandang di ketinggian 2.670 meter di atas permukaan laut menjadi sorotan. Menyajikan kombinasi alam yang asri dan fasilitas berkemah yang memadai, tempat ini mendorong pertumbuhan pariwisata daerah.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata setempat, pengunjung dianjurkan untuk mendirikan tenda di area datar yang strategis. Hal ini untuk menikmati ketenangan alam, terhindar dari keramaian jalur pendakian.

Merujuk pada laman Badan Konservasi Alam Nasional, Cemoro Kandang menyediakan sumber air minum langsung dari mata air alami. Fasilitas ini meningkatkan kenyamanan pengunjung selama berkemah.

Menurut panduan resmi yang diterbitkan, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan langsung ke puncak Gunung Semeru. Keindahan ini dapat dinikmati tepat dari belakang sumber mata air di lokasi.

Kajian lingkungan oleh Universitas Negeri Tropis, menegaskan pentingnya menjaga keaslian lokasi. Pengunjung diimbau untuk mempertahankan kebersihan dan kelestarian alam sekitar.

Puncak Sisa Gunung Api Purba

Titik paling tinggi Gunung Butak, dikenal sebagai salah satu peninggalan geologis bersejarah, kini dapat diakses lebih mudah. Berdasarkan laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pendakian ke puncak memerlukan waktu sekitar 30 menit dari pos Cemoro Kandang. Pendaki akan melintasi punggung bukit yang membentang, menyajikan pemandangan gunung Arjuno, Semeru, Liman, dan Lawu.

Penelitian terbaru yang diungkapkan oleh Dr. Rima Handayani dari Universitas Gajah Mada (UGM), menunjukkan bahwa punggungan ini merupakan bagian dari dinding kawah gunung berapi purba. Meski saat ini tidak ada aktivitas vulkanik, jejak masa lalu tersebut tetap menyimpan cerita geologis penting.

Sejak 2017, akses ke puncak Gunung Butak semakin terorganisir. Merujuk pada laman resmi Pemerintah Kabupaten Malang, papan penunjuk arah telah dipasang, memudahkan orientasi pendaki dengan jarak 250 meter dari mata air terdekat. Ini membuka peluang bagi lebih banyak orang untuk menyaksikan warisan alam yang mengesankan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *